Minggu, 24 Maret 2013

Tilang




Dua minggu yang lalu saya kena tilang. Memang murni kesalahan saya sih. Saya lupa ruas jalan yang saya lalui kemaren itu adalah jalan satu arah. Jadi begitu masuk jalan tersebut, saya langsung di semprit sama polisi yang sedang mangkal di jalan tersebut. Yah apes. Siang-siang panas begitu kena tilang.

Di pos polisi, saya ditanyai nama, pekerjaan dan tahu tidak kesalahannya apa. Saya lalu diberi selembar surat tilang berwarna merah muda. SIM saya ditahan. Tidak lupa pak pol berpesan untuk hadir di persidangan tanggal sekian jam sekian.  Atau kalau mau mudah, urus tilangnya di Polresta Pekanbaru sebelum tanggal sidang. 

Pada tanggal persidangan, saya sudah sampai di Pengadilan Negeri Pekanbaru satu jam sebelum jam persidangan. Terlalu cepat sih. Tapi ya tidak apa-apa. Bisa sarapan dulu. Aduh saya deg-degan. Ini persidangan pertama seumur hidup saya.

Memasuki gedung Pengadilan Negeri Pekanbaru, saya disambut seorang bapak-bapak di meja resepsionis. Saya bertanya dimanakah ruang sidang tilang. Bapak itu menjelaskan dengan ramah sambil menawarkan bantuan untuk menguruskannya.  Penawaran yang menarik namun saya tolak karena sudah berniat mau mengurus sendiri.

Di ruang sidang, satu per satu para terdakwa dipanggil ke depan lalu disuruh duduk di kursi pesakitan. Akhirnya saya dapat giliran. Saya maju ke depan. And  You know what?

Cuma ditanya kesalahannya apa. 

Lalu Pak hakim tanda tangan Surat Tilang. 

Lalu bayar.

Selesai. SIM kembali di tangan.

Waah, ternyata mengurus tilang di pengadilan itu gampang banget. Tidak seribet yang dibayangkan. Prosesnya gak sampai 15 menit. Mungkin sekitar 10 menit saja. Dan lebih murah. Saya melanggar Pasal 287 ayat 1 dengan ancaman kurungan maksimal dua bulan atau denda maksimal Rp500.000. Kalau lewat calo bisa kena Rp75.000-Rp100.000. Di pengadilan saya divonis denda Rp49.000 saja. Hehehehe. Nego sama Polisi? Cuih. Saya tidak rela duit saya dimakan polisi.

Jadi kalau teman-teman ditilang, saya sarankan lebih baik urus saja sendiri tilangnya di pengadilan. Mudah dan murah tanpa terlibat KKN. Intinya kemauan saja kok. Sistemnya sudah ada. Saya sudah beberapa kali sukses mengurus ini itu tanpa calo atau suap-suapan. Diantaranya SIM, pajak motor, dan paspor. Cukup sediakan kesabaran ekstra karena tidak semua petugas pelayanan mampu bersikap layaknya pelayan. Sebagian masih nirsenyum atau pilih kasih. Pernah kejadian waktu saya mengurus pembuatan paspor, ibu-ibu petugas di loket pelayanan paspor langsung berubah sikap begitu tau saya dan teman saya kerja di BPKP. Dari yang tadinya super judes jadi super manis. Hadeeh.

Kalau ada calo-calo yang menawarkan jasa “percepatan”, tolak saja dengan alasan mau nyoba urus sendiri. Biasanya mereka sudah mafum dan ngeloyor pergi mencari mangsa lain. Hehehe.

Yuk, anti korupsi kita mulai dari diri sendiri :-)