Sabtu, 31 Mei 2014

Badan Ceking dan Mata Panda

Seingat saya, saya tidak pernah gemuk. Mungkin memang sudah bawaannya begitu ya. Sebanyak apapun saya makan, badan saya tetap saja kurus. Waktu saya SMA, dengan tinggi 16x cm, berat saya pernah cuma 45 kilogram. Kurus sekali ya. 


Waktu kuliah keadaan sedikit membaik. Kalau saya tidak salah, berat badan saya berkisar 50-55 kilogram. Mendingan daripada jaman SMA. Tapi pas jaman kuliah, saya sering begadang. Akibatnya, saya jadi punya kantong mata. Ada lingkaran hitam di bawah mata saya. Badan ceking dan punya kantong mata bukanlah sebuah kombinasi yang menarik. Ditambah pula dengan perawakan saya yang agak membungkuk. Persis lah tipikal gambaran seorang junkies. Hahaha.


Tampilan seperti ini beberapa kali membuat saya dikira seorang pecandu narkoba. Saya pernah ditawarin cimeng sama orang gak dikenal di bus waktu SMA. Waktu kuliah, ada satu atau dua orang teman saya yang serius menganggap saya seorang pecandu. Terakhir, Saya bahkan sampai berurusan dengan Kepolisian. Parahnya lagi, bukan Kepolisian Indonesia tetapi Kepolisian Negara Singapur. How cool is that? hahahhaha super koplak.

Jadi gini, suatu waktu, saya berkesempatan jalan-jalan ke Singapur. Perjalanan pertama saya ke luar negeri lho. Saya berangkat ke Singapur lewat Batam dengan menggunakan transportasi ferry. Senangnya bukan main akhirnya paspor saya ada cap stempelnya. Saya melangkah keluar imigrasi pelabuhan dengan riang gembira.

Baru beberapa langkah melewati metal detector, saya dipanggil beberapa orang petugas berpakaian preman. Tiga orang, lebih tepatnya. Satu orang kurus dengan muka yang mengingatkan saya dengan Jarjit, dua orang lagi berbadan gede menyandang hand gun di pinggang mereka. Si Jarjit meminta paspor saya. Dua orang rekannya memeriksa bawaan saya.

Si Jarjit bertanya saya ke Singapur ada keperluan apa. Pekerjaan saya apa. Berapa lama saya di Singapur. Lucu sebenarnya. Si Jarjit ini nanya saya pakai bahasa Melayu. Saya sok-sok an jawab pakai Inggris. Si Jarjit balas lagi pakai Singlish. Saya jawab pakai Bahasa Indonesia sehari-hari. Untungnya rekan si Jarjit ini mengerti apa yang saya ucapkan. Kemudian saya digiring ke kantor mereka di pelabuhan tersebut. Coba tebak buat apa? iyak, BUAT TES NARKOBA. Hadeeeeh.

Saya disuruh pipis di dua botol plastik kecil untuk kemudian diperiksa. Saya disuruh tunggu di suatu ruangan kecil dengan sebuah mesin besar di pojokan. Sepertinya itu mesin untuk tes urin. Di dindingnya ada logo Central Narcotics Bereau Of Singapore (Mungkin semacam Badan Narkotika Nasional kalau di Indonesia). Ada dua orang polisi bersama saya di ruangan tersebut. Dalam hati saya, saya tertawa. Ya ampun begini amat ya, sekalinya keluar negeri, langsung berurusan dengan Kepolisian Narkoba. Tapi saya tahan-tahan agar tidak nyengir apalagi tertawa. Ngeri dianggap tidak koperatif atau melecehkan SOP mereka.

Setelah kira-kira 20 menit, saya dinyatakan "Clear". Carrier saya dikembalikan dan saya diantar keluar kantor mereka. Setelah keluar dari sana barulah saya cengar cengir sendiri. Saya lihat pacar saya pucat nungguin saya (err.. ga juga sih. doi sibuk razia hape saya --" )

Sampai sekarang saya tidak tahu kenapa saya dicurigai sampai di tes seperti itu. Apakah ada semacam random sampling atau karena mereka curiga melihat penampilan saya yang kurus mata panda dan kaos agak kekecilan. Cuma Jarjit dan dua orang temannya yang tau. Hahahahaha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar